Jumat, 22 Mei 2009

Dasaaaar Bangkoang lu!!!



Masih suka ngakak klo inget sama kata "Bangkoang lu!" bwakakakkak.

Ya, awalnya dari buku yang aku baca "Sex After Dugem" yang ditulis sama om Budiman Hakim. Di bab 3 "Misteri dalam sebuah kata". Dia bercerita tentang 2 orang adik dari pacarnya, 2 bocah tersebut berusia 10 tahun dan 8 tahun (gatau deh yg dia maksud itu mantan pacarnya atau gmn, setauku sih dia udah nikah, heuehue malah gosip, lanjooooot) yang sedang bertengkar.

Pertama mereka bertengkar dengan memaki satu sama lain dengan kata

"kont*l lu!!!", "ngent*t lu!!!

, makin jago nih anak-anak sekarang, jelas aja Ayahnya yang mendengar kata-kata itu langsung memarahi dan menasehati mereka dangan alasan kata tersebut jorok dan tidak senonoh. Akan tetapi pertengkaran tidak selesai sampai disitu, mereka lanjut saling memaki dengan kata

"babi lu!!!", "anjing lu!!!"

, kekekekek (bocah gemblung), dan Ayahnya pun segera menasehati kedua bocah itu. Dan mereka tetap melanjutkan kegiatan saling memaki tersebut dengan kata-kata lain

"Kambing lu!!!", "Kebo lu!!!"

, leh weleh ta iye, (kedua anak ini emang bandel apa kreatif ya? entahlah) dan sang Ayah pun kembali menasehati "pokoknya ga boleh menggunakan nama-nama binatang, binatang apa aja ga boleh! kalian dengar? denger ga?", dan kedua bocah menjawab "denger Pak".
Karena kedua bocah ini mungkin tergolong tidak biasa, atau mungkin ajaib, hahaha (lebay), mereka tetap saling memaki dengan kata

"BANGKOANG LU!!!", "JERUK KEPROK!!!", "TOMAT GONDOL LU!!!", "DUREN MONTONG!!!"

bwakakakak :rofl: =))

Dari kejadian ini, aku coba ngeliat dari (sudut pandangku) tentang "pengertian" "saling mengerti". Saling mengerti bahwa mereka sedang bertengkar dan saling memaki, bukan saling memuji satu sama lain (jd inget lagunya Shanty). Jadi mereka sepakat untuk mencapai tujuan bersama yaitu saling menjelek-jelekan satu sama lain. Dan hal itu tercapai, walaupun kata yang mereka gunakan bukan kata yang umum digunakan kebanyakan orang buat saling memaki.

Lain halnya, jika saat kita sedang ngobrol sama orang yang sudah terbiasa dengan gaya bahasa kita "saling ngerti" dan ada kesepakatan secara tidak langsung, bahwa kata-kata yang masuk kategori jorok bukan dimaksudkan untuk saling memaki dalam arti yang sebenernya (pergeseran makna).

"aaah taik lu At, mentang2 sekarang udah punya Blekberi, gw sering dikacangin klo kita lagi ngobrol" (malah curhat)

"nyet, balikin zippo gw, ntar lupa trus lu kantongin lagi!" (oooooops)

"su!!(asu), piye kabare? apik-apik wae to?"

"apikmen fotomu cuk!!! (jancuk)"

Hehehe, sikap "saling ngerti" akan menimbulkan suatu "kesepakatan" dan memungkinkan tercapainya sebuah tujuan bersama (menurutku). Tapi bisa timbul pertanyaan begini

"kesepakatan yang seperti apa?"

Hahaaaaai, apakah kesepakatan yang dipaksakan oleh salah satu pihak? atau pihak lain yang mau ber-kompromi dan mencoba mengalah untuk mencapai kesepakatan demi tercapainya sebuah tujuan? apa ini masih bisa dibilang kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama?mmmmmmm, bisa iya, bisa juga tidak.
Gimana enaknya deh, win win solution??? "kemungkinan" ga akan tercapai jika kedua belah pihak sama ngototnya untuk saling bersikap egois. Hukum rimba? ga sekedar di hutan aja deh kayanya (auuuwooouuwoooo). Apa gara-gara dulu si tarzan masuk kota ya? bwakakkaka. Kakaku pernah bilang

"Jangan maunya dingertiin terus, kamu juga harus bisa ngertiin orang lain"

Emang sih, aku sepakat sama hal itu, karena kita hidup di dunia tidak sendirian, dan setiap orang punya kepentingannya sendiri-sendiri, tapi kalo si egois dateng, ya bisa tiba-tiba lupa ingatan atau pura-pura lupa ingatan, kekekekeekek (disambit bata sama Tarzan).

Mengerti tak? tak mengerti? tidak mau mengerti? pura-pura mengerti? terpaksa mengerti? semoga mengerti? berusaha mengerti? SEPAKAT? ga sepakat denda 5 ribu, monggo...

BLEWAAAAH KOWE YAT!!!! \m/







1 komentar:

  1. ralat:
    apikmen foto mu cuk... --- salah!
    sing bener:
    apik'e fotomu cukkkk!!
    jancuuuk koen saiki motone sangar cuk, iso motrek cuk..

    heheh more or less sih gitu...

    BalasHapus